Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Kamis, 06 September 2007

Mutu Kesehatan


Kesehatan makin nggak mutu di Jakarta selama si abang ngurusin nih kota.Makin banyak aja orang sakit. Makin susah aja orang berobat.Apalagi kalo jadi orang miskin, dilarang sakit di Jakarta.

Kalo sakit di Jakarta, ke laut aja!Plis deh bang, jangan tebar pesona melulu…
Anak BetawiPrihatin sama warga yang sakit di Jakarta112 Warga Jakarta Positif Leptospirosis

Jakarta – Jumlah pasien positif penyakit kencing tikus (leptospirosis) di Jakarta telah mencapai 112 orang. Sementara itu, korban meninggal dunia tercatat empat orang.Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan, Rustam Pakaya mengungkapkan hal tersebut ketika dihubungi SH, Kamis pagi. Dia mengatakan, dari 112 pasien positif terserang penyakit leptospirosis, sebanyak 88 pasien hingga kini masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Jakarta. Di antaranya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng Jakarta Barat sebanyak sembilan orang, RSUD Tarakan Jakarta Pusat 38 pasien, RSUD Tangerang 13 orang, Rumah Sakit (RS) Persahabatan Jakarta Timur tujuh pasien, RSUD Budi Asih Jakarta Timur sebanyak enam orang, Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Sunter Jakarta Utara dua orang, RS Sumber Waras Jakarta Barat lima pasien, RS Fatmawati Jakarta Selatan tujuh orang dan RS Gading Pluit satu pasien.Sedangkan pasien suspect leptospirosis, ungkapnya, tercatat 23 pasien. Dari jumlah itu, 13 pasien di antaranya dirawat di RSUD Tangerang enam pasien, RS Persahabatan satu pasien, RSUD Budi Asih dua pasien, RS Fatmawati tiga pasien, RS Pondok Indah satu pasien. Sisanya dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang.Khusus yang meninggal dunia, Rustam menambahkan, hingga kini tercatat empat pasien di antaranya tiga dari RSUD Tarakan dan seorang lagi di RSPI Sulianti Saroso satu orang.Kasus CampakSementara itu, Wakil Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, Salimar Salim dalam kesempatan terpisah menyatakan, sepanjang 2007 pihaknya menemukan sedikitnya 59 kasus campak di Jakarta. Kendati belum ditemukan angka kematian, jumlah balita penderita campak terbanyak terjadi di wilayah Jakarta Timur mencapai 18 kasus. Sementara itu, di Jakarta Selatan sebanyak 13 orang, Jakarta Barat 12 orang, Jakarta Utara 11 orang dan Jakarta Pusat sebanyak 5 orang.Menurutnya, tertinggi di Jakarta Timur dipicu karena jumlah penduduk yang lebih banyak dari wilayah lain. Dia menambahkan, saat ini pihaknya belum dapat menyebutkan perbandingan dengan tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2006 ditemukan kasus sebanyak 1.201. Angka ini menurutnya menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 1.307 kasus.Untuk mengurangi persoalan ini, dengan bantuan World Health Organization (WHO), Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta menggelar imunisasi campak terhadap 903.757 balita selama satu bulan sejak Selasa (20/2) hingga Maret mendatang.WHO memberikan jatah vaksin kepada Dinkes Jakarta sebanyak 54.510 botol atau setara untuk 1.090.200 anak. Salimar mengingatkan warga waspada terhadap penyebaran penyakit ini. Sebab, penyakit yang berasal dari virus campak golongan Paramixo-viridae ini dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, diare, infeksi otak, kebutaan hingga meninggal dunia.Sementara itu, Wali Kota Jakarta Utara, Effendi Anas, Rabu (21/2) siang mengatakan, walau banjir yang melanda permukiman di Jakarta Utara berangsur surut, permasalahan belum ada habisnya. Seperti halnya sampah dan lumpur seusai banjir menumpuk. Begitu juga dengan wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan diare terus mengancam.“Untuk itu kami meminta semua pejabat Pemkot Jakarta Utara, mulai lurah dan camat agar tidak terlena. Dengan harapan kejadian yang serupa muncul secara tiba-tiba seperti wabah diare, DBD, dan cikungunya tidak terulang lagi,” katanya.